20080311

Sejarah Wadoryu

Secara Resmi sejarah “Wado” di mulai pada bulan mei 1934, ketika Hironori Otsuka mendaftarkan aliran karatenya, dengan nama Wado Ryu.. Otsuka mengembangkan semua tehnik seni beladiri secara terus menerus, Formulasi Tehnik Wado adalah mengkombinasikan inovasinya sendiri, yaitu gerakan – gerakan alami yang kemudian digabungkan dengan seni beladiri yang lain - Jujitsu.

Hironori Ohtsuka dilahirkan pada tanggal 1 Juni 1892, Shimodate, Ibaragi, Jepang, Putra pertama dari Dr. Tokuiuro Ohtsuka seorang Dokter. Untuk pertama kalinya Ohtsuka diperkenalkan dengan seni beladiri oleh pamannya Chojiro Ebashi, yang mulai megajarkan Jujitsu. Hal ini merupakan titik awal dari ketertarikannya dengan seni beladiri. Tanggal 1 April 1897 Ohtsuka mulai belajar Shindo Yoshin Ryu Jujitsu, di bawah pengawasan Sensei Shinzaburo Nakayama, Grand-Master tingkat tiga Jujitsu.

Inti sari seni beladiri Jujitsu adalah menekankan dan meletakan kepada gerakan alami. Hal itu bermula ketika Sensei Yoshitoki Akiyama terilhami oleh gejala alam dimana setelah ia mengamati, bagaimana pohon willow terbebani oleh salju, begitu kuat dan fleksibel dengan berbagai tekanan oleh unsur alam, tanpa mengalami kerusakan. Dan pelajaran tersebut merupakan bagian terpenting dari tehnik "Wado" karate masa kini, yaitu dalam tehnik bertahan dan teknik menyerang yang menggunakan beban atau tenaga lawan.

Tahun 1910-1971 Otshuka Kuliah di Waseda Universitas, namun ia tetap belajar di Shindo Yoshin Ryu Jujitsu, selain itu ia juga mempelajari gaya jujitsu lainnya, sehingga menghasilkan kolaborasi gaya kualitas lebih baik. Selama kuliah di universitas ia menguji berbagai tehnik bela diri lainnya. Ia juga mempelajari anatomi manusia mengenai titik-titik penting mematikan dengan tujuan untuk penyerangan dan penyembuhan.

Pada tahun 1917 Ohtsuka bergabung dengan Kawasaki Bank, Selama tahun tersebut dia bertemu dengan Sensei Morihei Ueshiba, pendiri Aikido dan ini awal dari persahaban yang dalam. Setelah dua tahun bekerja di bank, Sensei Ohtsuka memutuskan untuk mengembangkan beladiri secara penuh. Namun ibunya menentang hal ini, Ia mengharapkan putranya melajutkan karirnya di dunia perbankan. Karena rasa hormat kepada ibunya dan keluarganya ia menunda ambisi tersebut, namun ia tetap belajar Jujitsu.


Pada tanggal 1 Juni 1920 Ohtsuka dianugrahi tingkatan tertinggi dari Shindo Yoshin Ryu Jujitsu dia berhasil meraih posisi sebagai Grand-Master pada tingkatan ke empat.

Pada waktu Pekan Olahraga Tahun 1922 ditokyo dia melanjutkan obsesi nya dengan semua seni beladiri. Untuk Pertama Kali Ohtsuka bertemu dengan pendiri karate modern yaitu Sensei Gichin Funakoshi yang diundang oleh Departemen Pendidikan Jepang untuk mempertunjukkan gaya Okinawan Karate nya (Tode). Sensei Jigoro Kano, seorang instruktur beladiri terkenal (Judo), menyatakan bahwa jiwa di belakang karate sama halnya dengan seni beladiri Jepang. Ohtsuka terkesan dengan Seni beladiri yang baru dipromosikan tersebut . Ia mengunjungi sensei Funakoshi, ketika ia tinggal dan selama ada kesempatan, mendiskusikan teknik dan beberapa aspek Karate. Selama setahun Sensei Ohtsuka mempelajari semua Kata yang dibawa Funakoshi dari Okinawa, walaupun ia menemukan teknik dan pergerakan tertentu sukar untuk menerapkan dan memahaminya. Ohtsuka mencari dan memahami lebih dalam tentang latihan kata dengan Sensei Kenwa Mabuni pendiri Shito-Ryu.

Pada tahun 1925 Ibunya meninggal dan ia merasakan kebimbangan tentang kariernya. Setelah tiga tahun berpikir, baik buruknya maka ia meninggalkan Kawasaki Bank dan mendirikan klinik praktek pertulangan semacam rumah sakit kecil. Keberanianya dalam seni beladiri menjadikan ia menjadi Chief Instruktur Shindo Yoshin Ryu Jujitsu dan instruktur asisten pada Dojo Sensei Funakoshi .

Tahun 1929 Ohtsuka tercatat sebagai anggota Japan Martial Arts Federation. Pada waktu itu Okinawa Karate memusatkan pada Kata, Ohtsuka berpikir bahwa semangat bushido dikonsentrasikan kepada keduanya yaitu menyerang dan bertahan. Sementara itu sensei Ohtsuka mengembangkan Yakusoko Kumite yaitu tehnik menyerang. Ia berpikir dibutuhkan suatu jenis gaya karate yang mengalir karena itu ia memutuskan untuk meninggalkan Sensei Funakoshi dan berkonsentrasi dalam mengembangkan gaya karatenya "Wado".

Tahun 1934 merupakan tahun utama dalam pembuktian Ohtsuka dan "Wado" Karate. Pada tanggal 28 Pebruari merupakan kelahiran kedua bagi Ohtsuka. Menakjubkan selama tahun tersebut karate melahirkan gaya karate mandiri yang berbeda dengan jenis karate yang dibawa oleh Funokashi. Tahun 1935 Otshuka meninggalkan klinik tulangnya, secara penuh waktu ia menjadi Seniman Beladiri, sehingga mendapat pujian dari sensei Jigoro Kano pendiri Judo. Namun pada mulanya gaya karate yang dibawakan oleh Otshuka hanya sebuah perluasan dari judo oleh Japan Martial Arts Federation .

Gaya Karate yang dibawa oleh Sensei Ohtsuka secara resmi dicatat pada tahun 1938, setelah itu ia dianugrahi ranking "Renshi-Go". Ia memperkenalkan dan mendemonstrasikan dengan bagus Karate "Wado" Kepada Japan Martial Arts Federation dan terkesan dengan alirannya.


Tahun berikutnya Japan Martial Arts Federations memanggil seluruh beladiri karate untuk mendaftarkan dirinya dan Ohtsuka didaftarkan sebagai "Wado-Ryu”, Aliran lainnya yang mendaftarkan diri adalah termasuk Shotokan Ryu, Goju Ryu dan Shito-Ryu. Tahun berikutnya wadoryu karate tumbuh dan berkembang, dengan terbentuknya dojo-dojo baru sampai keperguruan tinggi. Ohtsuka sendiri menjadi seorang figur yang sangat di kenal di dunia beladiri karate. Pada tahun 1942 di anugrahi jabatan Kyoshi-Go.

Pada tahun tersebut Tatsuo Suzuki mulai berlatih di Wado-Ryu Karate, dan pada tahun 1943 anak ohtsuka mulai mempelajari seni beladiri, dia mulai belajar kendo dibawah pengawasan dari sensei Miyata. Pada tahun 1944 Sensei Ohtsuka ditetapkan sebagai Kepala Instruktur Karate Jepang dan tahun 1945 Anaknya mulai menerima instruksi dari ayahnya. Pada tahun 1947 Teruo Kono mulai berlatih karate tetapi tidak dari sensei Ohtsuka sampai tahun 1951 dan di tahun 1955 untuk pertama kalinya diselenggarakan pertandingan karate wadoryu seluruh jepang.

Sampai tahun 1960 Seni beladiri dan terutama Wado-Ryu berada di Jepang. Hal itu hampir tidak dikenali di luar Timur itu. Hal ini segera berubah. Pada tahun1963 tiga orang sebagai team meninggalkan Jepang untuk menaklukkan Amerika dan Erope.

Team tersebut adalah adalah terdiri atas Arakawa, Takashima dan Tatsuo Suzuki. Kesan mereka meninggalkan Amerika dan Europe luar biasa, Wado-Ryu Karate menjadi terkenal di seluruh dunia. Kembali ke Jepang tahun 1966 Sensei Ohtsuka mendapat penghargaaan dari kaisar Hirohito karena pengabdian dalam pengenalan dan pengajaran karate penghargaan itu berupa title "Kun Goto Suokuo Kyoku Jujitsu Shou"

Di awal tahun 1970 karate telah terkenal diseluruh dunia. Ohtsuka tetap melatih di Jepang, sedangkan semangat dan doctrine Wado-Ryu Karate menyebar keseluruh dunia.Tahun 1972 Sensei Ohtsuka tercatat dalam sejarah mendapatkan penghargaan master karate dari International Martial Arts Federation. Berupa title “Meijin yaitu Artis beladiri yang sempurna Dan 10 yang merupakan penghargaan yang terbesar dianugrahi kepadanya.

Tahun 1980 Ohtsuka Meijin mulai memikirkan untuk mengundurkan diri sebagai Kepala Wado Karate dan menginginkan anaknya berhasil; sebagai grand master. Bagaimanapun Karateka Wado tingkat tinggi mengingkan pemimpin yang berbeda untuk ditetapkan. Walaupun banyak negosiasi mengambil tempat tidak ada persetujuan yang bisa dicapai dan sebagian dari Wado Karateka memisahkan diri. Ohtsuka Meijin tetap memimpin World Wado-Ryu Karate sampai 20 November 1981, sampai akhirnya ia memutuskan untuk melepaskan sebagai Grand-Master Wado-Ryu Karate dan mencalonkan putra Hironori Ohtsuka II sebagai pengganti nya.

Hironori Ohtsuka Meijin dengan damai meninggal pada Tanggal 19 Januari 1982, Sepanjang sejarah seluruh dunia beladiri selalu mengingat akan kontribusinya terutama di wadoryu karate.

Wadoryu merupakan aliran yang mengkombinasikan antara Jujitsu terutama Yoshin Ryu Jujitsu dan Karate Shotokan serta Shitoryu, sehingga penampilan karate wadoryu, sepintas hampir sama dengan aliran karate tersebut, namun mempunyai perbedaan-perbedaan, terutama dipelajarinya tehnik-tehnik jujitsu di dalam kurikulumnya

“Ryu" mempunya arti perguruan atau aliran, sedangkan "Wa" adalah damai dan "Do" adalah jalan, kita dapat mengartikan Wadoryu adalah perguruan yang mempunyai jalan damai. Merupakan gaya karate yang telah diciptakan oleh master Hironori Othsuka, dengan menggabungkan jujutsu dan karate sehingga melengkapi karate sebagai seni bela diri. Karate-Do mempunyai arti “cara seni beladiri atau tehnik bertempur dengan menggunakan tangan kosong”.

Hal itu diketahui dan diterjemahkan dari tulisan kanji. Karate berasal dari kepulauan Okinawa. Disamping tehnik standar Karate, juga dipelajari tehnik pertahanan melawan pisau (Tanto Tori), Kuncian tangan, dan tehnik bantingan. Gaya ini adalah salah satu dari empat gaya karate utama. Perlu dicatat dan digaris bawah bahwa, melangkah ke samping, dan kecepatan pelaksanaan adalah cirri khas wadoryu yang membedakan dengan tehnik karate yang lain. gaya yang paling dekat dengan Wado-Ryu adalah shotokan, tentu saja ini dapat dimengerti dengan mudah karena Hironori Othsuka belajar karate dengan Gichin Funakoshi.

Satu hal yang sangat berbeda tentang Wado-Ryu adalah karena Wado-Ryu merupakan gabungan antara Shinto-Yoshin-Ryu Jujutsu dan Karate. Bertentangan dengan gaya karate lainnya yang diperkenalkan ke Jepang Dari Okinawa sebagai Karate di sekitar 1922. Wado-Ryu dikembangkan di seluruhnya daratan Jepang sebagai Karate dan Jujutsu Kenpo.

Tanggal 1 April 1981, terpecah menjadi dua organisasi besar yaitu wadoryu dan Wado-kai. Wadoryu sendiri terbagi menjado dua organisasi yaitu Wado-Ryu Karatedo Renmei, dan Wado Kokusai (Wado International Karate Federation). Wado-Ryu Karatedo Renmei yang di kepalai oleh Jiro Ohtsuka anaknya Hironori Othsuka, melanjutkan gaya kepemimpinan ayahnya. Dia menjadi grandmaster kedua dari Wado Karate dan penghargaan dari ayahnya Hironori Ohtsuka II. Wado Kokusai (Wado International Karate Federation) yang dikepalai oleh Sensei Tatsuo Suzuki. Wado-Kai merupakan wakil dari JFK Wado-Kai Jepang dikepalai oleh Eiichi Eriguchi. Organisasi ketiga adalah

Karate


Bela diri merupakan kemampuan manusia untuk mempertahankan diri dari ancaman luar. Ini merupakan sifat dasar manusia untuk mempertahankan keberadaan di lingkungannya. Sejak ribuan tahun yang lalu sudah dikenal peninggalan–peninggalan prasejarah yang menyatakan hal tersebut, seperti lukisan di dinding gua, yang menggambarkan manusia bertempur dengan binatang buas, atau ditemukan sejata, tombak, pisau yang terbuat dari batu, tulang atau logam. Pada waktu itu bela diri hanya besifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Sejalan dengan perputaran waktu, populasi manusia semakin meningkat, sehingga gangguan tidak hanya berasal dari alam sekitar saja namun juga berasal dari manusia itu sendiri. Hal tersebut memunculkan keinginan untuk menekuni ilmu bela diri, sehingga bisa mempertahankan atau bahkan menyerang manusia lainnya.

Konon ketika Sidartha Gautama pendiri Agama Budha tutup usia, para pengikutnya mendapat amanat untuk mengembangkan agama tersebut ke seluruh penjuru dunia, ketika menyebarkan agama tersebut medan yang dilalui begitu sulit maka pembawa amanat tersebut dibekali dengan ilmu beladiri,. Misi ke arah Barat ternyata mengembangkan ilmu Pangkration atau Wrestling di Yunani. ke arah Selatan mengembangkan semacam, pencak silat yang kita kenal sekarang ini. Salah satu misi yang ke Utara menjelajahi Cina menghasilkan kungfu (belakangan di abad XII, kungfu dibawa oleh pedagang Cina dan Kubilaikhan ke negara Majapahit di Jawa Timur). Dari Cina rombongan yang ke Korea menghasilkan bela diri yang kemudian kita kenal dengan Tae kwon do. Dari Korea rombongan tidak dapat meneruskan perjalanan ke Jepang, tetapi berhenti hanya sampai di kepulauan Okinawa. Tidak berhasil masuknya rombongan ke Jepang, karena di Jepang saat itu sudah mengembangkan ilmu bela diri Jujitsu, yudo, kendo dan ilmu pedang (kenjutsu). Namun sejarah mencatat bahwa pada tahun 1600-an, Kerajaan Jepang telah menguasai Okinawa. Kerajaan Jepang telah memerintah Okinawa dengan tangan besi, penduduk dilarang memiliki senjata tajam. Diam-diam bangsa yang terjajah ini mempelajari ilmu bela diri terutama pendeta dengan tangan kosong yang waktu dikenal dengan nama TOTE atau disebut dengan tangan cina. Dari satu teknik ke teknik lainnya, ilmu bela diri diperdalam dan para pendeta ikut mendorong berkembangnya ilmu bela diri TOTE ini.

Pada tahun 1921 Gichin Funakoshi memperkenalkan Tote ke penduduk Jepang, kemudian ia mengubah nama dan kanji beladiri ini menjadi Karate, disesuaikan dengan aksen dan karasteristik masyarakat Jepang. Kanji Karate terdiri dari dua huruf yaitu Kara dan Te, Kara berarti kosong dan Te berarti tangan, sehingga karate dapat diartikan sebagai Tangan Kosong.

Secara umum latihan dasar karate diklasifikasikan menjadi tiga bagian antara lain:

1. Kihon

Latihan teknik-teknik dasar karate seperti teknik memukul, menendang dan menangkis.

2. Kata

Gabungan tehnik-tehnik dasar karate yang disusun sedemikan rupa sehingga membentuk gerak seni yang indah, bertujuan, berjiwa, yang dilakukan dengan kesungguhan, tenaga, kelenturan dan kecepatan..

3. Kumite

Tehnik bela diri atau tempur.Pada zaman sekarang karate juga dapat dibagi menjadi aliran tradisional dan aliran olah raga. Aliran tradisional lebih menekankan aspek bela diri sementara aliran olah raga lebih menumpukan teknik-teknik untuk pertandingan olah raga.

FALSAFAH KARATE

Rakka (Bunga berguguran) merupakan konsep bela diri karate. Setiap teknik beladiri karate, memerlukan tenaga yang mantap, Jika mempertahankan diri dengan satu tehnik saja, maka sudah cukup untuk membela diri, diumpamakan jika teknik itu dilakukan pada sebuah pohon, maka semua bunga dan daun dari pohon tersebut jatuh berguguran. Jika seseorang menyerang karateka, maka karateka itu akan melakukan tehnik tangkisan, Jika tangkisan tersebut cukup kuat dan mantap maka menyebabkan patahnya tangan si penyerang, dan hal itu tidak perlu lagi memberikan serangan balas.

Mizu No Kokoro (Pikiran itu seperti air) Konsep ini menjelaskan bahwa Pikiran perlu dijaga dan dilatih supaya tetap tenang, Jika pikiran kita tenang kita maka kita dapat mengelak atau menangkis serangan dengan mudah. Pikiran itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danau tersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.

ALIRAN KARATE

Secara umum semua Karate sama. Namun terdapat perbedaan atau ciri sesuai dengan pendiri sebuah aliran karate. Menurut Japan Karate Foundation, Karate dibagi menjadi 4 aliran:


1.Shotokan

Berpegang pada konsep Ichigeki Hisatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.




2.Goju-ryu

Berpegang pada konsep bahwa "dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa meneri

ma dan membalas pukulan". Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.




3.Shito-ryu

Aliran Shito-ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli

Karate Shito-ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.


4. Wado-ryu

Wado-ryu adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki teknik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-ryu selain mengajarkan teknik Karate juga mengajarkan teknik kuncian persendian da

n lemparan/bantingan Jujutsu. Dalam pertarungan, ahli Wado-ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan teknik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetap

i, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.